Kamis, 08 September 2011

Anak Juga Bisa Stres

Suatu hari jika anda menemukan kemurungan menyelubungi anak anda, ia tidak bereaksi terhadap semua yang anda lakukan, tak lagi bersemangat dan riang seperti sedia kala.

Selain konsumsi makanan sehat, anak juga membutuhkan dukungan psikis dari orang tua dan lingkungan terdekatnya. Anak yang kurang mendapat bahasa cinta yang cukup, adakalanya mengalami stres.

Stres tidak hanya menimpa orang dewasa, anak pun mengalami stresor dalam fase kehidupannya. Dapat dengan gejala ringan atau berat. Stresor merupakan peristiwa dalam kehidupan yang membuat seseorang harus beradaptasi dengan kondisi yang secara umum berisi tekanan (stres). Stres pada anak sering kali tidak diketahui orang tua sehingga terabaikan.


Stresor yang diterima secara baik oleh anak tidak akan berdampak serius pada kesehatannya. Sebaliknya jika anak gagal beradaptasi akan muncul beberapa problem psikopatologi (penyakit yang berhubungan dengan kejiwaan) yang bila dibiarkan akan berdampak serius bagi psikisnya kelak.

Penyebab stresor dibedakan atas faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi peran orangtua, serta keluarga terdekat dalam memahami dan mengenali kebutuhan anak mereka. Sedangkan faktor internal terkait dengan faktor genetik di dalam diri anak  sendiri. Contohnya, dalam suatu keluarga bisa saja anak anda mampu mengatasi hari yang padat, sementara bagi yang lainnnya justru beban yang melimpah.

Saat anak masuk pra sekolah mereka sudah diajari berhitung membaca, dan menulis. Sementara sistem motorik halus anak belum cukup berkembang. Terkadang bila anak salah sedikit saja mereka sudah langsung dihukum.
Inilah salah satu contoh stresor yang berakibat stres pada anak. Dan penanganan stres terhadap anak tidak dapat dilakukan dengan cara yang sama karena kepribadian setiap anak berbeda.

Gejala-gejala seorang anak mengalami stres sangat banyak, misalnya sering menggigit kuku, sulit memusatkan perhatian, menggertakkan gigi, sering menarik-narik telinga, rambut, atau pakaian, prestasi belajar menurun, gagap, tidak bergairah, tidur berlebihan, tidak sabar dan terburu-buru, ketakutan dengan penyebab yang tidak masuk akal. Suasana hati berubah secara tidak menentu, nyeri leher dan punggung, sulit makan atau tidur, mengompol, mimpi buruk, selalu menuntut pembenaran, sering melamun, membenci sekolah dan kepala sering pusing.

Setiap anak mempunyai bahasa cinta atau bahasa non verbal yang berbeda. Untuk hal yang satu ini orang-orang terdekatlah yang paling mengerti. Bahasa cinta dapat dilakukan dengan pelukan, elusan, gendongan, atau ditemani duduk. Bahasa cinta yang dilakukan dengan tepat dapat memberi ketenangan pada anak. Diharapkan orang-orang terdekat anak dapat mengembangkan bahasa cinta ini sehingga akan membantu anak dalam menghadapi stres.

Tidak berhenti sampa titik itu, sebagai orangtua sangat penting memahami bagaimana menyadari bahwa anak anda sedang stres. Oleh karena itu, orangtua juga mesti memiliki pengetahuan yang tepat guna menangani dan menemani anak saat tertekan. Diharapkan dengan adanya konsultasi pada psikolog, dokter atau psikiatri dapat menguak sekaligus latar belakang penyakit fisik atau psikis yang diderita anak. Keterlibatan keluarga dan pembawaan kuat anak memungkinkan kesembuhannya. Jadi sebaiknya pahami bahasa cinta Anak Anda sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar