Minggu, 04 September 2011

Awas...... Memar Pada Anak


Manusia memiliki ketergantungan yang besar kepada darah, karena fungsi organ tersebut membagi nutrisi yang dikonsumsi ke seluruh tubuh sepanjang hayat tanpa henti, maka tak mengherankan jika darah menjadi organ terpenting bagi manusia. 

Darah bukan berarti tidak punya kelainan, pernahkah anda melihat anak anda tiba-tiba memar atau bengkak tanpa sebab yang jelas?

Hal ini dimungkinkan karena protein yang diperlukan untuk pembekuan darah tidak ada atau jumlahnya sangat sedikit, sehingga tatkala terjadi perdarahan, entah akibat luka atau benturan, menjadi sulit tertutup (kering). Inilah Hemofilia!
Penyakit ini menjadi mungkin karena merupakan penyakit keturunan, jadi bermula dari orangtua kepada anak melalui kromosom X, akan tetapi hanya diturunkan kepada anak laki-laki, sementara perempuan hanya menjadi pembawa akan tetapi tidak mengidap penyakitnya.

Sehingga jika ayah adalah penderita Hemofilia sementara ibu tidak memiliki gen tersebut, maka anak laki-laki mereka tidak akan menderita, tetapi jika anaknya perempuan justru akan menjadi pembawa Hemofilia.

Sementara jika ibu adalah pembawa dan ayah tidak, maka anak mereka akan memiliki risiko diturunkan penyakit, bedanya jika laki-laki memiliki resiko menderita, sementara perempuan hanya menjadi pembawa penyakit, bukan penderita. Akan tetapi pada beberapa kasus dimungkinkan terjadi mutasi gen, akan tetapi hingga kini belum dapat diketahui secara jelas apa yang menyebabkan terjadinya mutasi gen, sehingga penyakit timbul bukan melalui garis keturunan keluarga.

Penderita Hemofilia tidak memiliki gejala khusus, penderita akan dapat melakukan aktifitas secara normal, namun tentunya dengan kewaspadaan lebih, agar tidak terkena benturan atau luka. Tatkala terjadi, penderita akan mengalami kesulitan menghentikan perdarahan, kaku sendi, bengkak, panas dan nyeri paska perdarahan, hingga pada banyak kasus penderita mengalami keterbatasan gerak sendi. Sedangkan pada penderita kronis, mengalami kerusakan jaringan persendian permanen akibat peradangan parah, perubahan bentuk sendi, dan pergeseran sendi, penyusutan otot sekitar sendi sampai dengan penurunan kemampuan motorik.

Perawatan awal pada penderita adalah istirahat, kompres luka dengan air es, dan tekan (bebat) luka hingga membantu untuk menghentikan pendarahan, saat melakukan perawatan, tinggikan posisi tubuh bagian luka, hal ini akan menghambat darah.

Akan tetapi perawatan awal tersebut bukan untuk menghentikan pendarahan, hanya mampu mencegahnya bertambah parah. Pasa mulanya penderita harus menggunakan infus produk untuk mengganti faktor pembekuan. 

Namun seiring perkembangan teknologi pengobatan, kini terapi lebih diarahkan kepada pencegahan, sehingga penderita dapat mengkonsumsi infus faktor VIII secara rutin untuk mempertahankan kadar minimum konsentrasi faktor VIII dalam darah yang dibutuhkan untuk mencegah perdarahan. Jadi, penderita harus membekali diri sebelum melakukan aktivitas, dan apabila terjadi benturan, faktor VIII akan membantu membekukan darah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar