Sabtu, 17 September 2011

Ketika Anak Beranjak Dewasa


Berkumpul dengan keluarga merupakan saat-saat yang jarang sekali, dan pastilah anda menginginkan untuk menjadikannya berkesan, bukan hanya untuk anda seorang, tetapi menjaga nama baik keluarga yang anda bangun.

Pada saat yang bersamaan, anda juga merasa khawatir dengan sikap dan perilaku remaja anda yang acuh terhadap keluarga besar dan setia mengikuti kelangsungan budaya populer.

Anak yang kehilangan hubungan secara kekerabatan dikarenakan anak belum mengerti pentingnya tradisi keluarga. Misalnya anak anda lahir dan berkembang di Jakarta, orangtua tidak mengenalkannya pada tradisi dan budaya dari daerah asalnya.

Jika ingin anak menghargai tradisinya, maka orangtua memberi contoh dan menstimulasi lingkungan keluarga misalnya dengan menggunakan bahasa daerah di saat-saat tertentu atau mengajak anak mengunjungi kampung halaman. Atau kenalkan kebiasaan tertentu yang dianut tradisi tersebut misalnya bersuara dengan tone rendah atau berpakaian sopan. Sehingga anak akan berusaha beradaptasi dengan lingkungan keluarga besarnya.

Mengajarkan bahasa daerah ke anak memang susah-susah gampang. Jika anak menolak ‘mengenal’nya, berikan pemahaman sama halnya bahasa Inggris yang digunakan sebagai bahasa pengantar internasional, bahasa daerah juga berfungsi sebagai bahasa pengantar ketika berkumpul dengan keluarganya yang masih berada di daerah. “ Ciptakan lingkungan yang membuat anak termotivasi sendiri dan timbul rasa kecintaan terhadap nilai tradisi keluarganya,”papar Shanti.

Ajak anak perhatian pada kerabat misal ketika paman dan bibi atau sepupu berulang tahun, minta anak membuat kartu ucapan atau mencari kado bersama. Ketika kerabat ada yang sakit, anda bisa mengajak anak menjenguk bersama-sama. Lambat laun anak akan sadar bahwa ada keluarga besar yang berhubungan dengannya di luar lingkungan intinya. Yang penting anak mengadopsi nilai-nilai yang dikehendaki oleh keluarga sendiri.

Sehingga kelak anak mengenal dirinya dengan baik, seperti latar belakang keluarganya terutama kedua orangtua dan bagaimana hubungan kedua keluarga yang berbeda latar belakang dipersatukan. Alhasil anak bisa mempelajari positif dan negatif berdasarkan pengalaman keluarga dan sejarahnya. Tak sekedar itu, saat anak tengah mencari identitas diri, mereka dapat menentukan strategi apa yang harus dilakukan kelak.

Kenali kebutuhan anak untuk beradaptasi. Seperti setelah beberapa hari lamanya tidak bertemu kakek-nenek, anak kembali merasa asing. Ada anak yang memerlukan waktu dengan melihat-lihat atau nyaman lebih dulu lingkungan rumah kakek-nenek sebelum menyapa. Coba pahami dan hargai cara anak, komunikasikan ‘kebiasaan’ anak pada kakek-nenek.

Umumnya anak masih bersifat egosentris, sehingga memerlukan waktu agar perhatian dengan orang lain. Untuk membentuk kasih sayang pada diri anak, tunjukkan terlebih dulu bahwa anda memang perhatian dan peduli. Bagi cerita dengan anak mengenai kakek-neneknya, misalnya sepulang sekolah, ‘eh tadi kakek cerita katanya hari ini akan mulai diet lho’. Dari situ timbul rasa keingintahuannya, sehingga timbul rasa persahabatan pada anak melalui cerita anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar