Kamis, 08 September 2011

Hasrat Bukanlah Penuntun Karir


Anda merasa tidak bahagia dengan pekerjaan saat ini, semua pikiran bermunculan, tetapi satu yang paling dominan, anda merasa pekerjaan ini tidak sesuai karena ini bukan hasrat dan impian masa muda dulu.

Begitu banyak pekerjaan yang terkadang bukan menjadi kebanggaan anda, bukan impian, terutama bukan hasrat! Sementara ada ungkapan pendorong inspirasi yang menyatakan untuk "selalu ikuti hasrat."

Selama sejarah perkembangan slogan inspirasi, "selalu ikuti hasrat" telah menjadi ungapan terburuk. Ungkapan ini berbahaya, bukan karena terdengar klise, tetapi karena banyak orang mempercayainya. Sehingga banyak orang kerap berbicara mengenai hasrat yang menuntun mereka menuju kebahagiaan.

Barulah kemudian kenyataan berbicara beda, semua kembali kepada pilihan, tetap berpijak pada impian hasrat, atau mencoba mengambil kesempatan? Ketika begitu banyak orang mengais kesempatan dengan kukuh mengikuti hasratnya, pada saat yang sama juga begitu banyak kesempatan yang terlewatkan.

Tak salah jika anda sesekali melirik kesempatan yang diberikan, karena pekerjaan berhubungan dengan menjalani kehidupan, pekerjaan menyediakan anda nafkah. Sementara di lain sisi, hasrat bukanlah jaminan kebahagiaan.
Contohnya, pertanyaan sederhana, apakah anda tidak pernah mengubah cita-cita? atau apakah keinginan masa remaja anda selaras dengan kehidupan yang anda jalani sekarang?

Bukti lainnya, cobalah anda tanyakan pertanyaan tersebut kepada rekan kerja atau tetangga, lihat bagaimana jawaban mereka. Membangun karir bukan berarti memaksakan hasrat untuk selalu mengejar impian, dan mungkin saja pekerjaan anda saat ini bukanlah pekerjaan impian anda, tetapi bukan berarti menjadi alasan ketidaknyamanan anda.

Mungkin saja anda tidak sedang menjalani pekerjaan impian anda yang sesuai hasrat, tetapi tetap itu sebuah pekerjaan, dan anda harus bertanggung jawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar